Balada Sang Kyai

Suatu ketika seorang kyai kepala pondok pesantren mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi negeri Paman Sam atas undangan seorang muridnya yang kebetulan belajar di sana. Bagi Pak Kyai, hal itu adalah sesuatu yang sama sekali baru, selama hidupnya dia belum pernah keluar negeri, keluar kota pun hanya beberapa kali. Bagi Pak Kyai, ini adalah kesempatan dia untuk mengenal setan itu. Setan yang selama ini dimusuhinya, yang telah memporak-porandakan umat Islam. Umat yang tidak punya hormat sama sekali akan ajaran Tuhan yang mulia.
Maka sebelum berangkat Pak Kyai sholat dan berdoa siang malam, memohon petunjuk untuk bisa melakukan yang terbaik selama kunjungannya di negara yang sangat dibencinya itu. Pada hari yang ditunggu-tunggu, berangkatlah Pak Kyai menuju Amerika Serikat, negeri penjajah dunia itu. Perjalanan yang sehari semalam naik pesawat dijalani Pak Kyai dengan sabar, demi mengenal musuh-musuh Islam, begitu pikir Pak Kyai.
Sesampai di Amerika Serikat, Pak Kyai langsung dijemput oleh muridnya yang bernama Pairan. Dan tanpa ba bi bu langsung diajak Pairan keliling dulu sebentar di kota sebelum akhirnya diajak pulang ke rumah sewaan Pairan. Pak Kyai akan menghabiskan waktu sebulan di Amerika Serikat.
Suatu sore Pak Kyai menonton TV, waktu itu dia melihat ada wawancara dengan tiga orang, dua laki-laki dan satu wanita. Lama sekali wawancara itu, Pak Kyai sampai bosan melihatnya, ketika dia memindahkan channel pun, lagi-lagi orang yang sama muncul. Saking jengkelnya, Pak Kyai memanggil muridnya.
“Pairan, kesini kamu..”
“Nggih Pak Kyai, ada apa..?”
“Coba kamu jelaskan Pairan, apa yang diperbincangkan tiga orang ini, dari tadi hampir semua channel di TV-mu menayangkan mereka terus menerus, seperti tidak ada yang lain yang lebih menarik.”
Pairan menghela nafas sebentar.
“Oh mereka Pak Kyai, mereka itu Bill GatesWarren Buffett, dan istrinya Bill Gates, Melinda. Itu Pak Kyai, Si Warren Buffett yang tua keriput sebelah kiri itu, akan menyumbangkan 37 milyar dollar kekayaannya untuk amal.”
Pak Kyai hanya diam tanpa ekspresi.
“Berapa kau bilang tadi, 37 milyar dollar, itu berapa Pairan. Dirupiahkan saja biar aku mengerti.”
Karena Pairan tak pinter hitung-hitungan, dia segera ke kamar mengambil kalkulator.
“Begini Pak Kyai, kalau satu dollar itu kursnya …”
“Kurs, apa itu kurs..?”
“Oh, kurs itu nilai tukar Pak Kyai, jadi satu dollar bisa ditukar berapa rupiah, begitu kira-kira.”
“ooooohh….”
Pak Kyai manggut-manggut mendengar penjelasan Pairan.
“Kalau kurs satu dollar itu Sembilan ribu Pak Kyai, maka jatuhnya akan menjadi tiga ratus tiga puluh tiga trilyun.”
“Hah, berapa…?”
“Tiga ratus tiga puluh tiga trilyun Pak Kyai.”
“Satu trilyun itu berapa ribu rupiah Pairan..?”
Pak Kyai dengan nada ingin tahu terus mengejar Pairan dengan pertanyaan-pertanyaan. Pairan yang ditanyai seperti itu jadi kebingungan.
“Pak Kyai, maaf. Tapi kalau diribu rupiahkan akan susah, tapi kalau mau gampangnya satu trilyun itu satu juta juta, jadi kalau Pak Kyai ada duit satu juta ya satu jutanya satu juta itu.”
Pak Kyai matanya terbelalak, hampir saja dia berdiri karena kagetnya. Pecinya sampai hampir lepas. Tiba-tiba saja nafasnya memburu, serasa menjadi sesak nafas mendengar jumlah yang tak terkira itu. Pak Kyai jatuh lagi terduduk di kursi, sambil dengan susah payah bernafas.
“Pak Kyai, kenapa Pak Kyai…?”
Pak Kyai hanya diam saja, matanya masih menerawang tak tentu. Pairan yang kebingungan akhirnya lari ke dapur mengambil air putih untuk gurunya. Pak Kyai segera meminumnya.
“Hhhhmmm, agamanya apa si Warren Buffet itu…?”
“Dia tidak punya agama Pak Kyai.”
“Ah, pasti dia sangat kaya raya, kekayaannya pasti jauh lebih besar daripada yang dia sumbangkan itu.”
“Maaf Pak Kyai, 37 milyar itu adalah 80% kekayaannya. Sisanya pun katanya suatu saat akan disumbangkan.”
“Seberapa besar itu 80% Pairan, pasti tak lebih dari zakatnya umat Islam.”
“80% itu seperti ini Pak Kyai, kalau Pak Kyai punya 10 kambing, 8 kambing disumbangkan, itulah 80%.”
Lagi-lagi Pak Kyai terhenyak, merasa tak ada gunanya membicarakan si Buffet yang tua renta itu, Pak Kyai mengalihkan pembicaraan.
“Itu yang berdiri bersama dia, apa yang dia lakukan, apa dia juga mau menyumbang…?”
“Oh Bill Gates dan istrinya itu Pak Kyai. Mereka juga akan menyumbangkan hampir semua hartanya untuk kepentingan orang-orang miskin, pendidikan, dan kesehatan.”
“Yang disumbangkan Gates dan istrinya pasti tak sebesar si Buffet tadi”
“Maaf Pak Kyai, amal Gates justru lebih besar Pak Kyai. Si Buffet tadi malah ingin membantu yayasan yang sudah didirikan oleh Gates dan istrinya.”
Pak Kyai semakin tidak mengerti, apa pula yang dilakukan oleh orang-orang kafir ini begitu rupa.
“Pak Kyai, mereka bahkan menginginkan dihapuskannya budaya dan hukum warisan. Semua orang yang kaya, di kala mati semua hartanya harus digunakan untuk kepentingan umum.”
“Gila mereka itu Pairan, buat apa orang bekerja keras kalau begitu..?”
“Katanya mereka sih, itu hanya tugas manusia saja. Bekerja sekeras mungkin, tapi bukan untuk dirinya sendiri, tapi harus dikembalikan ke masyarakat. Karena bagaimanapun semua kekayaan itu juga dari masyarakat juga.”
Warren Buffett, Melinda French Gates, Bill Gates
Pak Kyai mengambil nafas panjang, semakin tidak mengerti kenapa orang-orang kafir setan ini bisa berpendapat aneh seperti itu.
“Warren Buffet, Bill Gates, dan George Soros. Mereka menolong semua orang, bahkan yang berbeda pandangan dengan mereka. Tanpa memandang agama, tanpa memandang ras, tanpa memandang kebangsaan. Apakah Tuhan kita lebih bermoral daripada mereka…?, sedangkan Gusti Allah kita hanya me-rahim-i yang beragama Islam, Yesus kita hanya men-surga-kan yang memilih jalannya, Yahweh kita hanya menolong keturunan Yahudi. Saya koq kadang-kadang curiga, jangan-jangan mereka ini lebih bermoral dari Tuhan sendiri….?”
‘Hush….!!!”
Pairan ditampar oleh Pak Kyai sekeras-kerasnya sampai hampir terjungkal. Sebelum Pairan tegak kembali, Pak Kyai sudah memburunya dengan pertanyaan.
“Apakah mereka tidak beragama Kristen..?”
“Tidak Pak Kyai, mereka tidak beragama. Tapi spiritualitas mereka lebih tinggi daripada orang-orang yang beragama.”
Pak Kyai yang mendengar itu menjadi merah matanya, marah bukan main.
“Pairan, aku mau pulang sekarang. Tiada gunanya lagi aku di negeri ini.”
Segera Pak Kyai ke kamar dan memasukkan semua baju-bajunya lagi ke dalam koper.
“Aku mau pulang sekarang juga. Tidak akan lagi aku berlama-lama di negeri kafir yang aneh ini.”
Pairan hanya melongo saja, sementara angin dingin musim gugur mulai membelai bumi Amerika Serikat.

4 comments:

  1. 光彦「ネクストコナンズヒント!」
    コナン「金!」
    元太「金はいったんだよな」
    光彦「金からも心配するんです」
    元太&光彦「どうぞ金は見つかります!」

    ReplyDelete
  2. 青子「ネクストコナンズヒント!」
    コナン「電気端子!」
    青子「面白いわ」
    コナン「危ねーじゃねーよ、危ねー!」
    青子「大丈夫その電気端子よ」

    ReplyDelete
  3. 青子「ネクストコナンズヒント!」
    コナン「贈り物!」
    コナン「次回は『霧にむせぶ魔女(前編)』が再放送!」
    青子「蘭ちゃんが可愛いでしょ」
    コナン「ホント?」

    ReplyDelete
  4. 青子「ネクストコナンズヒント!」
    コナン「ジッパー!」
    青子「よし、ジッパーで行ってみましょう。(まふゆの真似で)そこでジッパー!」
    コナン「ジッパーね」

    ReplyDelete